Rabu, 23 Januari 2008

wanita

Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?"

"Karena aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya.

"Aku tidak mengerti", kata anak itu.

Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti"

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"

"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"

Tuhan berkata:

"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "

"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya "

"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya " "Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "

"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu "

"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan.

Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan."

"Kau tahu:

Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."

"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada."

Tunjukkan dimana Tuhan!

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama, kiyai atau sesiapa sahaja yang boleh menjawab 3 pertanyaannya.

Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang kiyai.

Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?

Kiyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.

Pemuda: Anda yakin? Sedangkan Profesor dan ramai orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.

Kiyai : Saya akan mencuba sejauh kemampuan saya.

Pemuda: Saya ada 3 pertanyaan:-

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya

2. Apakah yang dinamakan takdir

3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syaitan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras.

Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya?

Kiyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.

Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit.

Kiyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?

Pemuda: Ya!

Kiyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu!

Kiyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama...kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat

Kiyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?

Pemuda: Tidak.

Kiyai : Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?

Pemuda: Tidak.

Kiyai : Itulah yang dinamakan takdir.

Kiyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?

Pemuda: Kulit.

Kiyai : Terbuat dari apa pipi anda?

Pemuda: Kulit.

Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Sakit.

Kiyai : Walaupun syaitan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaitan.

TEKA-TEKI IMAM GHAZALI

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid

muridnya lalu beliau bertanya( Teka Teki ):

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?"

Murid 1 = " Orang tua "

Murid 2 = " Guru "

Murid 3 = " Teman "

Murid 4 = " Kaum kerabat "

Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI.Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati(Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?"

Murid 1 = " Negeri Cina "

Murid 2 = " Bulan "

Murid 3 = " Matahari "

Murid 4 = " Bintang-bintang "

Iman Ghazali = " Semua jawapan itu benar.Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU.Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita,tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu.Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini,hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan

perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".

Iman Ghazali = "Apa yang paling besar didunia ini?"

Murid 1 = " Gunung "

Murid 2 = " Matahari "

Murid 3 = " Bumi "

Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar, tapi yang

besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita,jangan

sampai nafsu membawa kita ke neraka."

Imam Ghazali = " Apa yang paling berat didunia?"

Murid 1 = " Baja "

Murid 2 = " Besi "

Murid 3 = " Gajah "

Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ).

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah(pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"

Murid 1 = " Kapas"

Murid 2 = " Angin "

Murid 3 = " Debu "

Murid 4 = " Daun-daun"

Imam Ghazali = " Semua jawapan kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT.Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia,kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali didunia ini "

Murid-murid dengan serentak menjawab = " Pedang "

Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA.Kerana melalui lidah,manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasan saudaranya sendiri "

TEKA-TEKI IMAM GHAZALI

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid

muridnya lalu beliau bertanya( Teka Teki ):

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?"

Murid 1 = " Orang tua "

Murid 2 = " Guru "

Murid 3 = " Teman "

Murid 4 = " Kaum kerabat "

Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI.Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati(Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?"

Murid 1 = " Negeri Cina "

Murid 2 = " Bulan "

Murid 3 = " Matahari "

Murid 4 = " Bintang-bintang "

Iman Ghazali = " Semua jawapan itu benar.Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU.Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita,tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu.Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini,hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan

perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".

Iman Ghazali = "Apa yang paling besar didunia ini?"

Murid 1 = " Gunung "

Murid 2 = " Matahari "

Murid 3 = " Bumi "

Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar, tapi yang

besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita,jangan

sampai nafsu membawa kita ke neraka."

Imam Ghazali = " Apa yang paling berat didunia?"

Murid 1 = " Baja "

Murid 2 = " Besi "

Murid 3 = " Gajah "

Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ).

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah(pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"

Murid 1 = " Kapas"

Murid 2 = " Angin "

Murid 3 = " Debu "

Murid 4 = " Daun-daun"

Imam Ghazali = " Semua jawapan kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT.Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia,kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali didunia ini "

Murid-murid dengan serentak menjawab = " Pedang "

Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA.Kerana melalui lidah,manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasan saudaranya sendiri "

Selasa, 22 Januari 2008

SEBUAH PENYESALAN

Semuanya itu disadari Danny pada saat dia termenung seorang diri menatap kosong keluar jendela rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk, namun semuanya sia-sia belaka.
Yang ada di pikirannya hanyalah perkataan Anisa, anaknya, disuatu sore 3 minggu yang lalu.
--- *** ---
Malam itu, 3 minggu yang lalu, Danny membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham.
Pada saat Danny memeriksa pekerjaannya, Anisa, putrinya, yang baru berusia 2 tahun datang menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau bergambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya "Papa papa, lihat!"
Danny menengok dan melihat, "Wah buku baru yah?"
"Ya papa" katanya sambil berseri-seri, "Bacain donk".
"Wah ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh", kata Danny, yang kembali mengalihkan perhatiannya ke tumpukan kertasnya.
Anisa hanya berdiri terpaku disamping Danny sambil memperhatikan. Lalu dengan suaranya yang lembut dan dibuat-buat, kembali merayu.
"Tapi mama bilang, papa akan membacakannya untuk Anisa."
Dengan perasaan agak kesal, Danny menjawab "Anisa, dengar! Papa sangat sibuk, minta saja mama untuk membacakannya"
"Tapi mama lebih sibuk daripada papa" katanya sendu.
"Lihat papa gambarnya bagus dan lucu"
"Lain kali Anisa, sana! Papa sedang sibuk", Danny berusaha untuk tidak memperhatikan Anisa lagi.
Waktu berlalu, Anisa masih berdiri kaku disebelah ayahnya sambil memegang erat bukunya. Lama sekali Danny mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Anisa mulai lagi.
"Tapi papa, gambarnya bagus sekali dan pasti ceritanya juga bagus, papa pasti akan suka"
"Anisa sekali lagi ayah bilang,lain kali!" dengan agak keras Danny membentak anaknya.
Hampir menangis, Anisa mulai menjauh "Iya deh, lain kali, ya papa lain kali!"
Tapi Anisa kemudian mendekati ayahnya sambil menyentuh lembut ayahnya dan menaruh bukunya dipangkuan ayahnya sambil berkata
"Kapan saja papa ada waktu ya,.. Papa tidak usah baca untuk Anisa, baca aja untuk papa tapi kalo bisa, bacanya yg keras yah, biar Anisa juga bisa mendengarkannya"
Danny hanya diam.
--- *** ---
Kejadian 3 minggu yang lalu itulah yang ada di pikiran Danny. Danny teringat akan Anisa yang dengan penuh pengertian mengalah. Anisa yang baru berusia 2 tahun meletakkan tangannya yang mungil diatas tangannya yang kasar sambil mengatakan :
"Tapi kalo bisa, bacanya yang keras ya pa, supaya Anisa juga bisa ikut dengar."
Dan karena itulah Danny mulai membuka buku cerita yang diambilnya dari tumpukan mainan Anisa di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak terlalu baru. Sampulnya sudah mulai usang dan koyak.
Danny mulai membuka halaman pertama, dan dengan suara parau mulai membacanya. Danny sudah melupakan pekerjaannya, yang dulunya amat sangat penting. Dia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh anak gadisnya di jalan depan rumah.
Danny terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin.
Cukup keras bagi Anisa untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir.
MUNGKIN ........
Adaptasi dari milis Swausaha (by Pepey).

Berhentilah Dari Menjadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru. “Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air masin.
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.
“Sekarang, cuba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam, mendengarkan.
“Tapi Nak, rasa ‘masin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya qalbu yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”
: : : : : : :
“Berkata (Musa), “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,” (25)
“Dan mudahkanlah untukku urusanku.” (26).
[Q.S. 20 : 25 - 26]
“Tidaklah Allah membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya.” [Q.S. 2 : 286